Pages

Rabu, 22 Oktober 2014

Belajar Memaafkan dan Menjadi Pemaaf


"Ya Allah, saya berikan jiwa dan nama baik saya. Jangan dicela orang yang mencela saya dan janganlah dizalimi orang yang menzalimi saya , serta jangan dipukul orang yang memukul saya."

Doa diatas adalah doa yang dipanjatkan setiap pagi oleh seorang pemuda. Pemuda yang kemudian dipuji oleh Rasulullah dihadapan para sahabat. Sungguh indah ahlak pemuda tersebut. Kisah indah ini diriwayatkan oleh Anas Bin Malik,

 “Apakah kalian mampu berbuat seperti yang dilakukan Abu Dhamdham?” tanya Rasulullah kepada para sahabat.

Ya, pemuda itu adalah Abu Dhamdham. Pemuda yang membuat para sahabat penasaran. Pemuda yang mungkin membuat sahabat iri (positif-fastabiqul khairat/berlomba-lomba dalam kebaikan) karena telah dipuji oleh Rasulullah. Pemuda yang memaafkan setiap orang yang "menzaliminya". Perlu ditekankan diawal bahwa maaf adalah sikap yang sangat mulia sepanjang bukan menyangkut masalah hudud (hukuman yang diatur oleh Allah Ta’ala), seberapa pun besarnya kesalahan orang lain, kita harus bisa terbuka untuk memaafkannya.

"Tapi dia sudah jelas-jelas menzalimi saya, dia sudah jelas-jelas menghina saya, dia sudah jelas-jelas mempermalukan saya didepan umum, bagaimana apakah saya harus memaafkan dia? Harga diri dong"

Iya, saya saya dan saya terus. Nafsu, nafsu, dan nafsu yang mendorong kita untuk membalas dendam, untuk marah.

Maafkan ! Al-Quran dan Al-Hadist menggambarkan sungguh mulianya orang yang bisa memaafkan.

"Jadilah pemaaf dan suruhlah orang-orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh" (QS. Al-A'raf : 199)
"Allah tidak menambah seorang hamba karena mau memberi maaf melainkan KEMULIAAN, dan tidaklah seseorang yang bersikap rendah hati dihadapan Allah melainkan akan diangkat oleh Allah derajatnya" (HR. Abu Daud)

Ketika menyangkut harga diri, maka ketika ada sulutan sedikit saja kita menjadi marah, pada hakikatnya nilai harga diri kita sangat rendah. Iya sangat rendah, karena kalau harga diri kita tinggi, maka tentu kita akan legowo. Ibarat orang kaya, kehilangan uang sedikit saja ia tidak khawatir, tetapi orang yang kere, kehilangan uang gopek aja bingungnya minta ampun.

Maaf itu bukan dikata-kata, tidak cukup bibir kita berkata "iya saya sudah memaafkan kamu". Maaf itu adalah serangkaian tindakan yang telah dijelaskan oleh Al-Quran, yaitu ta’fu (memaafkan), tasfahu (tidak mengeluarkan kata-kata yang identik dengan mencela), dan taghfiru (memohonkan ampunan kepada Allah Ta’ala untuk mereka). Sesungguhnya ada seribu satu alasan untuk memaafkan, sebagaimana ada seribu satu alasan untuk tidak memaafkan. Dan mari kita mulai detik ini berkomitmen untuk menjadi pemaaf, semata-mata untuk mendapatkan Ridha Allah.

Pemaaf adalah orang yang tidak mengambil haknya untuk menyakiti, mencaci maki, memusuhi orang lain yang telah menzhaliminya, meskipun ia sanggup melakukannya.

Mari kita ulangi lagi doa mulia oleh seorang pemuda yang dipuji oleh Rasulullah..
"Ya Allah, saya berikan jiwa dan nama baik saya. Jangan dicela orang yang mencela saya dan janganlah dizalimi orang yang menzalimi saya , serta jangan dipukul orang yang memukul saya."

Semoga kita bisa menjadi pribadi yang pemaaf.
Kita ubah "Tiada maaf bagimu" menjadi "Aku sudah maafin semua kesalahanmu"
Hiduppun jadi bahagia, mati insyaAllah masuk surga :)

-catatan pengantar tidur-
Sumber :


0 komentar:

Posting Komentar