Pages

Rabu, 12 November 2014

Motivasi: Ibu ku Makan Kerak ,Agar Saya Bisa Makan Nasi


Setiap malam saya selalu memperhatikan ,ibu saya makan paling akhir. Suatu hari saya penasaran dan menunggu hingga semua selesai makan dan menjenguk ibu di dapur. Ternyata wanita yang telah melahirkan dan membesarkan diriku ini,sedang mengaduk kerak yang direndam dengan air dan diberi sejemput garam dan sebuah cabe. Kemudian duduk di dapur dan mulai makan. Perlahan saya dekati dan bertanya:” Kenapa ibu makan kerak?”.. Sesaat ibuku tertegun dan menjawa:”,Kerak itu enak sayang.” Sebagai seorang anak kecil pada waktu itu,saya mencoba makan sesuap,ternyata kerak+garam+cabe,sama sekali jauh dari rasa enak. Saya terdiam. Hari ini adalah pencerahan pertama yang saya dapatkan dalam hidup ,sebagai seorang anak berusia 9 tahun,bahwa ibu saya makan kerak setiap hari,agar saya dan adik saya bisa makan nasi.

Ketika saya sakit

Suatu waktu saya jatuh sakit. Saya merasa mual dan pusing dan rasa demam yang amat sangat. Namun saya sudah terbiasa hidup dalam serba kekurangan dan penderitaan. Sakit bukan alasan tidak kesekolah. Dengan memaksa diri,saya berjalan kaki kesekolah ,dari rumah menuju kesekolah yang berjarak lebih kurang 3 kilometer. Dengan perasaan yang tidak menentu ,akhirnya sampai kesekolah. Dan ketika lonceng berbunji,seperti biasanya kami berbaris masuk ke kelas masing masing. Baru duduk sekitar 15 menit,mata saya serasa terbakar. Tanpa kuasa menahan,kepala saya sudah tersandar dimeja belajar. Ibu guru saya datang,memegang kening saya dan terperanjat. “ Kamu demam,kenapa masih kesekolah?”

Saya disuruh pulang dengan ditemani salah seorang teman sekelas . Di perjalanan beberapa kali saya hampir roboh,karena demam tinggi. Akhirnya setelah terhuyung huyung,sampai juga kerumah. Ibu saya sangat kaget melihat saya diantar pulang. Dan ketika mengetahui saya demam,langsung dibawa kedalam kamar. Saya dikompres dengan pisang yang ditumbuk halus dan ditempelkan dibagian kening saya. Saking tingginya demam saya, sehingga kompres pisang tumbuk tersebut mongering dan harus dibasahkan berkali kali oleh ibu saya. Saya tidak tega membuat ibu saya bersedih,namun saya sekali tidak bertenaga untuk bangun. Bahkan membuka mata saya susah.

Tanpa sadar saya tertidur dan sering mengigau. Tiba tiba saya terbangun,diwajah saya ada air menetes. Ketika membuka mata,saya menatap wajah ibu saya yang sedang menangis,memandang saya. Ingin rasanya saya menghibur ibu ,agar jangan bersedih,tapi suara itu bagaikan terkunci di tenggorokan. Tak bisa saya menahan ,untuk tidak menangis.

Tidak Ada Uang Ke Dokter

Untuk kedokter ,jelas tidak mungkin. Karena ayah saya masih berada diluar kota,dalam tugasnya sebagai seorang sopir truk ,mengangkut barang dari suatu kota ke kota lainnya. Sedangkan kakak kakak saya masih belum pulang dari pekerjaan. Satu satunya jalan bagi ibu saya,adalah berdoa,sambil menjaga dan mengompress kepala saya,agar demam mereda.

Senja hari ,ketika kakak kakak saya pulang dari tempat pekerjaan mereka,entah bagaimana caranya,seorang dokter yang sudah agak tua,kalau nggak salah ingat dokter Liem datang dan memeriksa saya(belakangan baru saya tahu bahwa dokter ini berjiwa sosial.Karena kami tidak mampu,maka ia tidak memungut bayaran apapun). Menurut analisa dokter,saya mengalami “sakit kuning” cukup parah ,yang sekarang dikenal dengan nama “hepatitis”. Dikasih obat dan dinyatakan,selama seminggu saya harus istirahat total di tempat tidur.

Siang malam Ibu Disampingku

Dalam tidur saya selalu mimpi buruk dan sering mengigau,serta rasa haus yang menyengat. Dan setiap kali tersentak,ibu ada disampingku. Sungguh bagi saya,ibu adalah malaikat yang diutus Tuhan untuk menjaga anaknya. Ibu itu bagaikan sebatang lilin bernyala,menerangi jalan untuk anaknya,sementara ia sendiri habis terbakar..

Ibu Selalu Hidup di Hatiku

Kendati jasad ibu berada di Teluk Kabung ,Sumatera Barat,tapi bagi saya pribadi,ibu selalu hidup. Tidak ada hari yang pernah saya lalui,tanpa teringat pada kasih sayangnya. Kendati saya sendiri sudah menjadi kakek dari 10 cucu,tapi dihadapan ibu,saya tetap seorang anak yang menyayanginya sampai keakhirat nanti.

Sumber: http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1738503


0 komentar:

Posting Komentar