Pages

Rabu, 12 November 2014

Ekstrim!


Bukan rezeki yang kurang, mungkin keyakinan yang kurang. Sehingga kita sering bertele-tele untuk urusan sedekah. Apalagi #SedekahEkstrim. Hm, apa itu sedekah ekstrim? Menyedekahkan sesuatu yang amat berharga dan amat bernilai, menurut kita. Saat menjajal sedekah ekstrim, biasanya tubuh kita sampai bergetar, jantung kita sampai berdegup kencang, dan mata kita sampai berkaca-kaca. Berat!


Saran saya, satu kali atau dua kali dalam setahun, kita mesti mencoba sedekah ekstrim. Insya Allah perubahan nasib kita juga ekstrim. Melesat! Pesat! Masak tiga kali lebaran, masih gitu-gitu aja? Kalah sama Bang Toyib, hehehe. Ingat ya, ini BUKAN tujuan! Melainkan ini fadilah, manfaat, dan dampak. Yang sebenarnya, kita menjemput ridha-Nya dengan kesungguhan amal. Bukankah Sang Pencipta itu menilai kesungguhan dan pengorbanan hamba-Nya? Itulah esensi di balik sedekah ekstrim.

Dengan demikian, ada dua dampak besar dari sedekah ekstrim. Pertama, berubahnya nasib. Kedua, terkikisnya hubud dunya alias cinta dunia yang berlebihan. Ntar insya Allah kita melihat dunia itu biasa saja. Nggak berlebihan. Kalau sedekah ekstrim setiap hari, itu kurang dianjurkan oleh agama, karena bisa mudharat bagi keluarga. Tapi kalau sesekali, yah boleh. Misalnya, satu kali atau dua kali dalam setahun. Sahabat-sahabat terdekat Nabi melakukannya.

Contoh sedekah ekstrim? Punya dua ponsel, satu sedekahin. Punya dua motor, satusedekahin. Punya dua properti, satu sedekahin. Atau setengah dari tabungan yangdisedekahinLha, nggak punya apa-apa? Sedekahin TV, laptop, arloji, dan dompetnya. Itu juga bagian dari sedekah ekstrim. Intinya, sesuatu yang amat berharga dan amat bernilai, menurut kita. Ibu-ibu, mbak-mbak, coba deh lepaskan perhiasannya untuk sedekah ekstrim. FYI, istri saya tidak pakai kalung dan anting. Alhamdulillah, biasa saja, hehehe.

Mudah ditebak, ada saja orang yang beralasan dan bertele-tele, “Wah belum bisa! Banyak cicilan! Mau pulang kampung! Mau daftar anak sekolah! Duh ini barang kenangan!” Yang sebenarnya, nih orang nggak niat berubah.

“Tapi beneran, Mas Ippho. Mau nyobain sedekah ekstrim, kok rasanya berat sekali?” Yah, karena hadiah dan balasannya dahsyat. Kalau rasanya ringan, yah hadiahnya cuma piring cantik dan payung, hehehe. Adalah manusiawi kalau kita merasa berat untuk bersedekah sesuatu yang berharga. Tapi rasa ini mesti dilawan. Itulah hubud dunya. Dan hubud dunya harus dikikis habis. Caranya? Yah, apalagi kalau bukansedekah ekstrim! Menariknya, pada akhirnya, harta justru semakin mendekat dan ingin bertuankan orang-orang yang melihat dunia dengan biasa saja. Berani action?

0 komentar:

Posting Komentar